JAKARTA, AMIRARIAU.COM-Selama ini bukti-bukti yang ada menunjukkan adanya hubungan kuat antara infeksi virus Zika dengan mikrosefali dan gangguan saraf lainnya pada bayi. Namun demikian peneliti masih belum yakin betul untuk mengatakan bawah Zika dan mikrosefali berhubungan 100 persen.
Karena belum terkonfirmasi, maka World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa peningkatan mikrosefali yang menjadi Public Health Concern bukan Zika. WHO mendorong agar negara-negara semakin meningkatkan fungsi pengawasannya agar jelas pola hubungan penyakit.
”Untuk tahu itu kita butuh data. Kalau dinyatakan sebagai public health emergency apa yang mesti dilakukan adalah surveilance respons vektor, virus, dan mikrosefalinya,” kata mantan Kepala Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Profesor dr Tjandra Yoga Aditama pada panel diskusi Zika di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Rabu (17/2/2016).
”Sebelum kejadian yang heboh ini belum ada negara yang melakukan surveilans khusus Zika karena memang gejalanya ringan. Sekarang Brazil sebagai negara yang paling besar terpengaruh sudah melakukan,” lanjut Prof Tjandra yang kini aktif di WHO, sebagaimana dilansir detikHealth.
Bagaimana kondisinya di Indonesia? Menurut Prof Tjandra, Indonesia masih belum melakukan pengawasan menyeluruh untuk Zika. Alasannya karena belum ada definisi kasus yang bisa dijadikan latar belakang penelitian.
”Kita tunggu definisi kasusnya. Yang mana yang mau di-surveilance apakah mau suspek semua, yang posibble, atau yang confirmed. Kita tunggu itu dan beberapa hari lagi mungkin akan keluar,” kata Prof Tjandra. (ee)
(f: detikHealth)