MIRI, AMIRARIAU.COM-Malaysia mampu mengelola lahan perkebunan kelapa sawit, meski ditanam di atas lahan gambut yang mudah terbakar saat musim kemarau.
detikFinance bersama rombongan jurnalis asal Indonesia atas undangan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), berkempatan melihat secara langsung pengelolaan lahan kelapa sawit yang dikelola secara korporasi di daerah Miri, Serawak, Malaysia. Dari lahan gambut di Malaysia, sebanyak 70% tersebar di daerah Serawak.
Di sini, perusahaan perkebunan raksasa Malaysia mampu menerapkan teknik yang bisa mencegah kebakaran di atas lahan gambut.
Caranya cukup sederhana, yakni dengan mengeraskan atau memadatkan permukaan tanah gambut sebelum ditanami kelapa sawit. Lahan gambut dipadatkan dengan menggunakan alat berat seperti ekskavator. Bila ada pohon, batangnya dicabut terlebih dahulu kemudian dipadatkan.
Setelah menunggu 1 tahun, baru dilakukan penanaman sekaligus proses pemadatan berikutnya. Proses pemadatan bisa dilakukan lagi pada tahun ke-1 atau tahun ke-2 pasca penanaman. Dengan skema pemadatan seperti ini, lahan gambut yang di atasnya ditanami kelapa sawit tidak mudah kebakaran. Meski ada kebakaran, hal itu hanya terjadi di permukaan dan bisa cepat diatasi.
Alasannya, rongga atau lubang di bawah tanah gambut mengecil sehingga tak ada ruang dan udara yang menjadi media bagi mulut api untuk merambat secara cepat dan susah dipadamkan. Selain itu, kondisi air tak mudah turun bahkan naik saat curah hujan minim sehingga kelembaban tanahnya bisa terjaga. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pengembangan kanal atau water management.
Salah satu pengelola kelapa sawit secara korporasi di Serawak, Woodman Group membuktikannya. Perusahaan ini memiliki lahan kelapa sawit 40.000 hektar di Serawak. Mayoritas berada di atas lahan gambut yang sudah dipadatkan. Hasilnya, lahan sawit tersebut bebas kebakaran hebat saat musim kemarau.
”Kita nggak ada kebakaran, zero burn karena di lahan gambut (di bawah tanah) tidak ada ruang bagi api untuk merambat,” kata Managing Director Woodman Group, Dato Sri Law Kiu Kiong, di lahan perkebunan Woodman, Miri, Sarawak, Malaysia, Rabu (24/2/2016), sebagaimana dilansir detikFinance.
Sementara itu, Ahli Gambut asal Malaysia yang juga Director of Tropical Peat Research Laboratoty Unit (TRRL) Malaysia, Dr Lulie Melling menyebut teknik pemadatan di Malaysia mulai masif dilakukan sejak tahun 2005 atau pasca kepulangan dirinya dari Jepang, setelah mengambil pendidikan doktoral soal gambut.
Perusahaan sawit mulai melakukan pemadatan atau teknik kompak untuk lahan gambut. Pemadatan dilakukan menyesuaikan dengan kondisi lahan gambut. Bila lahan gambut masuk katagori virgin pet atau masih sangat basah, maka pemadatan dilakukan lebih intensif, sedangkan pemadatan lebih minim bila kondisi lahan gambut masuk katagori non virgin atau lahan gambut tak banyak kayu di bawah tanah.
”Kalau nggak ada pemadatan, musim kemarau pasti mudah terbakar. Selain itu, pohon sawit menjadi kerdil (tidak tumbuh dengan baik),” ujar Lulie.
Di tempat yang sama, Ahli Gambut asal Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Basuki Sumawinata, menjelaskan perkebunan di Indonesia saat ini belum ada yang secara besar melakukan proses pemadatan meskipun Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Proses pembersihan lahan sawit seperti di area gambut hanya memakai alat berat tanpa dilakukan pemadatan. Bila petani atau perusahaan kecil, mereka memilih untuk membakar karena biaya memakai alat berat relatif mahal, sedangkan membakar dinilai cara paling mudah dan murah dalam membuka lahan hingga proses replanting.
”Saat ini belum ada yang dipadatkan, kalau ada dia hanya diam-diam dan belum dipromosikan. Akibatnya ada air tinggi, dia tetap tebakar karena ada ruang. Api di bawah (lahan gambut) susah dipadamkan. Kalau dipadatkan, api nyala di atas saja dan cepat diatasi,” sebutnya.
Alhasil, solusi mengatasi kebakaran lahan sawit di tanah gambut adalah melakukan pemadatan plus dibangun kanal (pintu air) guna menjaga kelembaban tanah.
”Solusi bangun pintu air dan pemadatan,” tambahnya. (ee)
(f: detikFinance)