JAKARTA – Bentrok masyarakat dengan aparat kepolisian di Rempang, Kota Batam, membuat anak-anak sekolah terkena gas air mata.
Arsyid, salah seorang guru di di SD Pulau Rempang, menceritakan, saat itu situasi dalam sekolah panik. Dirinya langsung berinisiatif mengumpulkan semua siswa di satu kelas. Para guru, katanya, saling berjaga hingga para orangtua murid datang menjemput anak mereka.
“Saat itu sedang proses belajar mengajar. Namun, setelah terdengar suara letupan seperti suara pistol, anak yang sebelumnya tenang belajar, seketika berteriak histeris. Makanya, kami para guru langsung berinisiatif mengumpulkan anak-anak di satu ruangan,” kata Arsyid.
“Alhamdulillah, para orangtua spontan menjemput anak-anak mereka, karena lokasi gedung sekolah cukup dekat sekali dengan lokasi kericuhan yang terjadi,” tambahnya.
Sementara itu, Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyesalkan jatuhnya korban anak-anak akibat bentrokan itu. Pihaknya pun mendesak tindakan aparat tersebut diusut dan diduga ada unsur kelalaian.
“KPAI sangat menyesalkan hal ini terjadi yang mengakibatkan jatuhnya korban anak-anak,” ujar Diyah dilansir dari Tribunnews.com, Jumat (8/9/2023).
“KPAI melihat ada kelalaian atau kekerasan disengaja atau tidak disengaja dari aparat yang menjatuhkan gas air mata di sekitar sekolah yang berakibat pembelajaran terganggu dan beberapa siswa berjatuhan karena sesak nafas,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan terjadi antara warga Pulau Rempang dengan tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Direktorat Pengamanan Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP, Kamis (7/9/2023). Bentrokan dipicu dari penolakan warga soal pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City di lokasi tersebut.***